NangunSatKerhiLokaBali – Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) kembali digelar untuk ke 16 kalinya. Setiap tahun festival ini mengangkat filosofi agama hindu sebagai temanya. Untuk tahun ini UWRF terinspirasi dari salah satu filosofi umat Hindu yakni “Karma”. Karma berarti segala sesuatu yang dilakukan selama hidup. Dan setiap perbuatan akan mendapatkan timbal baliknya. Sehingga, harus benar-benar mengetahui apa yang telah di lakukan selama hidup. Dan bagaimana imbasnya di kemudian hari.
UWRF dibuka oleh Wakil Gubernur Bali Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) di Puri Ubud, Gianyar, Rabu (23/10) malam.
Dalam sambutannya, Cok Ace yang juga tokoh Puri Ubud ini merasa bangga melihat Ubud menjadi semakin bersemangat setiap harinya. Menurut Cok Ace, festival ini telah menjadi momentum untuk memperlihatkan kepada jutaan masyarakat dunia bahwa Ubud sebagai desa kecil yang sederhana juga merupakan tempat banyaknya museum berada.
“Seperti museum, seseorang juga mempunyai persepktif dan sudut pandang berbeda akan apa yang mereka lihat dan alami. Ubud bisa dijelajahi dan dilihat dari berbagai perspektif,” ungkapnya.
Dikatakan Cok Ace, Ubud kaya akan kebudayaan yang unik serta kesenian yang terinspirasi dari filosofi Bali dan keindahan alam. Desa ini juga berkembang seiring dengan banyaknya wisatawan yang datang serta perkembangan jaman, namun tanpa meninggalkan identitasnya. Dalam era yang agak kacau ini, Ubud tetap menjadi harta yang unik untuk menarik wisatawan datang ke Bali.
“Kita juga bisa mengatakan, Ubud adalah tempat yang tempat untuk kita dalam berdiskusi tentang kita, manusia, kebudayaan kita serta alam sekitar kita. Dan festival ini merupakan moment terbaik untuk mendiskusikan tersebut,” ujarnya.
Cok Ace berharapa UWRF bisa memberikan pemahaman terbaik tentang kebudayaan dan alam Bali kepada kita semua, terutapa kepada penulis, jurnalis, pendongeng dan lainnya.
“Saya harap festival ini dapat memberikan pemahaman tentang kebudayaan dan alam Bali. Saya mohon maaf jika ada sesuatu yang kurang berkenan selama even ini. Saya yakin masyarakat Ubud akan merasa sangat senang menyambut anda serta memberikan dukungan terbaik untuk even ini. Silahkan menikmati serta mengeksplore setidaknya 40 tempat menarik di Ubud ini. Di lain kesempatan anda mungkin rindu dengan keramahan dan spot-spot di ubud, sehingga ingin menjelajahi tempat lain lagi di Bali,” imbuhnya.
Sementara itu Pendiri & Direktur UWRF Janet DeNeefe mengatakan seperti banyak tema Festival sebelumnya, tahun ini diambil dari filosofi Hindu, tapi kali ini yang dikenal secara universal. Bagi banyak orang di Barat, karma adalah penyederhanaan keadilan yang dilayani. Bagi orang Hindu Bali, Karma Phala adalah prinsip spiritual bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi kekuatan yang sama, dan bentuk yang serupa.
“Karena tindakan dalam kehidupan mereka sebelumnya mempengaruhi masa kini, dan perbuatan yang dilakukan di masa kini memengaruhi masa depan mereka, orang Hindu Bali sadar bahwa nasib mereka bukan berasal dari ilahi, tetapi di tangan mereka sendiri,” komentar Pendiri & Direktur UWRF Janet DeNeefe yang menambahkan jika festival tahun ini, dinobatkan sebagai salah satu dari lima acara sastra terbaik untuk 2019 oleh The Telegraph UK.
Untuk diketahui, Ubud Writers and Readers Festival akan berlangsung dari tanggal 23–27 Oktober 2019 dan diikuti lebih dari 150 penulis, seniman, aktivis serta pemain dari lebih dari 30 negara akan berkumpul untuk Festival Penulis & Pembaca Ubud (UWRF) untuk berbagi cerita dan ide yang mengeksplorasi tema tahun ini yakni “Karma”.
#NangunSatKerthiLokaBali
#KramaBali