Gubernur Bali Bapak Wayan Koster menerima menerima kunjungan Duta Besar Swiss Kurt Kunz, Pertemuan ini membahas informasi terkini seputar ekonomi, lingkungan, pariwisata dan pembangunan Bali ke depan.

NangunSatKerthiLokaBali-Duta Besar Swiss Kurt Kunz mengatakan setiap tahunnya sekitar 700 ribu orang wisatawan Swiss datang ke Indonesia yang sebagian besar datang ke Bali. Selain itu tak sedikit warga Swiss yang menetap di Bali. “Sekitar 520 orang warga Swiss tinggal di Bali,” kata Kunz. Mereka berkecimpung di berbagai bidang seperti pendidikan, pariwisata, kuliner dan lingkungan. Itu sebabnya Dubes Kunz menaruh perhatian terhadap kenyamanan dan keamanan wisatawan Swiss di Bali.

Dubes Kunz juga memberikan beberapa masukan di bidang pariwisata seperti layanan imigrasi, kebersihan dan lalu lintas. Ia menyambut baik langkah-langkah yang dilakukan Gubernur Bali Wayan Koster dalam menata pembangunan Bali. “Budaya dan lingkungan sangat penting bagi masyarakat lokal. Ini modal yang harus dirawat oleh Bali,” kata Dubes Kunz. Ia mengapresiasi kebijakan Pemprov Bali yang mengembangkan energi bersih dan pertanian organik.

Ia berharap hubungan Swiss dengan Indonesia, Bali pada khususnya semakin baik, khususnya di bidang ekonomi, lingkungan dan pariwisata.

Gubernur Bali Wayan Koster yang juga Ketua DPD PDIP Provinsi Bali menyampaikan arah pembangunan Bali ke depan dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang diantaranya menata pariwisata, merawat kearifan lokal dan menjaga lingkungan alam. “Untuk alam yang bersih ini, kami akan menerapkan sistem pertanian organik yang mengurangi zat kimia di tanah sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan. Juga sedang kami desain dengan Pergub menerapkan kebijakan Bali energi bersih”.

Terkait keamanan wisatawan, Gubernur mengatakan Bali memiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang siap mengantisipasi bencana yang mungkin terjadi. “Pelaku pariwisata juga sudah siap,” katanya.

Untuk mengembangkan ekonomi kreatif di Bali, Gubernur berharap Bali bisa belajar dari Swiss untuk mengembangkan industri jam tangan. “Orang Bali punya keterampilan tangan yang baik dan pandai membuat desain,” ujarnya. Ia berharap desain yang dibuat orang Bali bisa melengkapi pengalaman dan teknologi yang dimiliki Swiss dalam membuat jam tangan.

Dubes Kunz menyambut baik hal ini, menurutnya Bali memiliki desain yang unik yang sering menjadi inspirasi bagi desainer di seluruh dunia.

Print Friendly, PDF & Email
Bagikan:

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *