Festival Seni Bali Jani (FSBJ) II menjaga ‘roh’ kesenian Bali, berlangsung 31 Oktober-7 November 2020, disajikan secara virtual

Di tengah pandemi COVID-19, Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Kebudayaan Provinsi Bali tetap berkomitmen untuk menyelenggarakan Festival Seni Bali Jani (FSBJ) II guna tetap menjaga ‘roh’ kesenian Bali berikut elan kreativ para seniman dan pekerja seni lintas bidang. Festival ini sedianya akan berlangsung pada 31 Oktober-7 November 2020, disajikan secara virtual di kanal youtube Disbud Prov. Bali.

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Prof. Dr. I Wayan ‘Kun’ Adnyana, S.Sn., M.Sn., festival kali ini mengusung tagar utama #BaliArtsVirtual, di mana seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan melalui media virtual, dan/atau gabungan pergelaran langsung (luring) dengan virtual (luring), dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan sebagai bagian dari ketentuan pelaksanaan.

Lebih lanjut, Kun Adnyana menuturkan bahwa format festival ini diharapkan dapat menjangkau seluas-luasnya kemungkinan kreatif atas pengolahan virtual sebagai konsep (merujuk upaya elaborasi dan eksplorasi terkait estetik, stilistik, teknik artistik dan tematik), serta wahana atau media (penggunaan berbagai piranti media baru (digital) dalam proses dan penyajiannya).

Adapun Festival Seni Bali Jani digelar pertama kali pada tahun 2019. Ini merupakan kegiatan apresiasi budaya untuk pemajuan kesenian modern, kontemporer dan kesenian yang bersifat inovatif.

Penyelenggaraan yang kedua kalinya, pada tahun 2020 ini merupakan implementasi dari Visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru, serta Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali.

Format penyelenggaraan festival secara virtual ini, diungkapkan Kun Adnyana, merupakan sebentuk transformasi sosial bagi masyarakat Bali. Ada proses alih pengetahuan dan keterampilan yang terjadi serentak di Bali, yakni terkait proses persiapan dan produksi suatu pementasan karya seni komunal secara daring, termasuk bagaimana cara publik menikmati serta menghikmati sajian tersebut.

“Ini bukan semata festival kesenian, melainkan juga sebuah upaya bersama menjaga optimisme masyarakat di tengah rundungan berita tentang COVID-19. Melalui program seni yang berkesinambungan secara terencana, terkelola, dan terlaksana dengan baik, diharapkan menumbuhkan solidaritas  masyarakat agar peduli pada sesama. Sigap tanggap dalam menghadapi kesulitan dan problematik sosial. Seni bukan hanya menghadirkan keindahan, melainkan juga seruan kesadaran, “ ujar Kun yang dikenal juga sebagai perupa yang kerap berpameran di dalam dan luar negeri.

 

Candika Jiwa: Puitika Atma Kerthi

Festival Seni Bali Jani II mengusung tajuk utama “Candika Jiwa: Puitika Atma Kerthi”, bermakna semesta kreativitas terkini dalam “mencandikan” jiwa, spirit, taksu, atau ide-ide cemerlang.

Pada penyelenggaraan kali ini, Festival Seni Bali Jani II bukan hanya merespon secara kreatif dan inovatif situasi pandemi COVID-19, namun berpijak pula pada konsep utama yakni Eksplorasi, Eksperimentasi, Lintas Batas, Kontekstual dan Kolaborasi.

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali juga mengungkapkan bahwa Festival Seni Bali Jani merupakan jawaban atas mimpi-mimpi dan harapan komunitas seni modern, kontemporer, dan karya inovatif seniman seluruh Bali.

“Diharapkan festival ini dapat membuka ruang seluas-luasnya untuk ragam kreativitas dan ekspresi seni baru yang modern maupun kontemporer melalui eksperimentasi berbagai medium atau media, namun tetap berbasis atau mengeksplorasi tradisi atau nilai lokal Bali, “tambah kurator festival yakni Prof. I Gede Arya Sugiartha.

Di samping itu, pihaknya juga menyampaikan visi perihal bagaimana kehadiran festival ini dapat menjadi pelebur sekat-sekat antar bidang seni melalui kerja sama kolaborasi dalam seni alih media, multimedia maupun transmedia yang bersifat lintas batas, sekaligus senantiasa kontekstual dengan kekinian.

Sebagaimana tahun sebelumnya, serangkaian festival diselenggarkan beragam kegiatan, antara lain Pawimba (Lomba); Adilango (Pergelaran); Megarupa (Pameran); Timbang Rasa (serasehan); Beranda Pustaka (Bursa Buku); dan Penghargaan Bali Jani Nugraha.

Sebagai tim kurator festival yakni Prof. I Gede Arya Sugiartha, dan I Wayan Balawan, Dip.Mus. Sementara tim juri Penghargaan Bali Jani Nugraha adalah Dr. Kadek Suartaya, I Gede Nala Antara., M.Hum, dan Made Adnyana Ole.

Terdapat 8 ragam Pawimba (Lomba) yang dihadirkan pada festival kali ini, yakni Video TikTok Bali Jani (tingkat umum); Musikalisasi Puisi (tingkat umum); Teater Modern (tingkat SMA/SMK); Seni Lukis (tingkat SMP/SLB); Naskah Drama (tingkat umum); Vlog Kuliner Bali Jani (tingkat umum); Artikel Jurnalistik (tingkat umum); dan Karya Cipta Fotografi (tingkat umum).

Sementara itu, Adilango (Pergelaran) akan menampilkan 26 Komunitas Seni Modern dan/atau kontemporer. Pameran Bali Megarupa yang berlokasi di Museum ARMA, Ubud, Bali, berlangsung sedari 28 Oktober-10 November 2020. Eksibisi yang melibatkan seniman-seniman muda terpilih hasil seleksi open call dan undangan ini akan dihadirkan dalam format daring dan luring. Tidak kurang dari 35 perupa menampilkan karya berupa mural, video art, seni lukis, serta patung dan  karya tiga dimensi lainnya. Akan digelar pula Timbang Rasa (sarasehan) secara daring 7 Tema, dan Pameran Beranda Pustaka (Bursa Buku) secara langsung dan virtual.

“Kami mengajak seluruh masyarakat untuk menyaksikan rangkaian program Festival Seni Bali Jani 2020 melalui kanal youtube Disbud Prov. Bali dari tanggal 31 0ktober – 7 November 2020. Dengan kebersamaan seluruh masyarakat, kami berkeyakinan Festival ini benar-benar menjadi ruang berbagi di tengah situasi pandemi Covid-19”, ujar Kabid Kesenian Disbud Provinsi Bali Wayan Sulastriani, M.Si.

Bagikan:

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *